Sunday, 4 May 2014

Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan


Implikasi Pertumbuhan & Perkembangan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
 
1.     Implikasi Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Remaja
Pertumbuhan fisik adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Meliputi perubahan ukuran tubuh pada masa remaja.

2.     Implikasi Perkembangan Intelek Peserta Didik Remaja
Perkembangan intelek, merupakan psikologis yang di dalamnya melibatkan proses (memperoleh, menyusun dan menggunakan pengetahuan). Contoh: menerima penjelasan dari guru untuk menyelesaikan soal matematika, kemudian peserta didik berlatih mengerjakan soal-soal sesuai yang diajarkan oleh guru.
Implikasi terhadap penyelenggaran pendidikan, siswa pada usia remaja masih dalam proses penyempurnaan penalaran, guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan guru. Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi secara baik serta memberikan tugas-tugas penulisan makalah. Cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pada usia remaja, banyak hal yang hanya dapat dipelajari melalui pengalaman. Apabila dihadapkan pada perbedaan-perbedaan interprestasi tentang konsep-konsep yang abstrak, guru hendaknya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan sabar, penuh simpatik, dan dengan hati terbuka bukan dengan marah-marah atau tidak bisa menerima kesalahan-kesalahan mereka.

3.     Implikasi Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik Remaja
Perkembangan bakat khusus, merupakan potensi atau kemampuan khusus yang terbentuk sejak kecil dan jika terus diasah dan dikembangkan akan muncul keahlian khusus dalam bidang tertentu sesuai kemampuannya. Implikasi terhadap penyelenggaran pendidikan, sampai sekarang belum ditemukan tes bakat khusus yang cukup luas daerah pemakaiannya (seperti tes inteligensi). Hal ini disebabkan tes bakat sangat terikat oleh konteks kebudayaan tempat tes itu disusun dan dilaksanakan. Selain itu, macam-macam bakat khusus juga terikat oleh konteks pola kebudayaan tempat seseorang dibesarkan. Bakat anak dapat dikenali dengan melakukan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan dan digemari anak. Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak tersebut. Manfaat dari kemampuan orang tua untuk mengenal bakat anak ialah orang tua dapat membantu sekolah dalam penyusunan program dan prosedur pemanduan anak-anak berbakat. Sebagai contoh, orang tua memberi keterangan tentang butir-butir berikut ini :
·      Hobi dan minat anak yang khusus
·      Pengalaman-pengalaman khusus
·      Cita-cita masa depan
Pengenalan bakat dan upaya pengembangannnya membantu remaja untuk menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk mencapai tujuan dan karier kehidupannya.

4.     Implikasi Perkembangan Hubungan  Sosial Peserta Didik Remaja
Perkembangan hubungan sosial, merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Pada fase ini, faktor intelektual dan emosional merupakan peran yang sangat penting dari tingkat yang terbatas sampai yang luas. Seiring bertambahnya umur dan dewasanya seseorang, tingkat hubungan sosial berkembang menjadi lebih luas dari sebelumnya. Contoh: bayi yang mulanya hanya mengenal kedua orang tuanya, namun ketika semakin tumbuh menjadi berkembang hubungan sosialnya di lingkungan masyarakat.
Implikasi terhadap penyelenggaran pendidikan, masa remaja merupakan masa mencari jati diri sehingga ia memiliki sikap yang terlalu tinggi dalam menilai dirinya atau sebaliknya. Penciptaan kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan ruang kepada mereka ke arah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima oleh masyarakat umum. Di sikolah perlu sering diadakan kegiatan bakti sosial, kelompok belajar, dan kegiatan-kegiatan lainnya di bawah asuhan guru pembimbing.

5.     Perkembangan Bahasa Peserta Didik Remaja/Usia  Sekolah Menengah
Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif (daya fikir) sehingga secara tidak langsung intelligent sangat diperlukan dalam pengembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan berbahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
Faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa :
·      Faktor umur
·      Faktor kondisi lingkungan (lingkungan kampung berbeda dengan lingkungan desa)
·      Faktor kecerdasan (intelligent/background pendidikan)
·      Status sosial ekonomi keluarga
·      Faktor kondisi fisik
Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berfikir : orang yang memiliki daya fikir tinggi akan mudah menyampaikan informasi/berkomunikasi secara efektif, sehingga orang lain yang menerima informasi tersebut tidak salah persepsi dengan topik bahasan yang dibicarakan. Implikasi pengembangan kemampuan bahasa remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan yakni dengan melatih peserta didik untuk belajar mengolah bahasa, contohnya melalui kegiatan review/menceritakan kembali terhadap sebuah cerita dengan bahasanya sendiri.

6.     Perkembangan Emosi  Peserta Didik Remaja
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah warna afektif (perasaan yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari) yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Kondisi emosional remaja : cinta/kasih sayang, perasaan gembira, kemarahan dan permusuhan, ketakutan, dan kecemburuan.
Ciri-ciri emosional remaja dibagi menjadi 2 rentang usia, yakni (12-15 th) dan (15-18 th). Perbedaan di antara keduanya adalah :
·      12-15th :
-       Cenderung bersikap pemurung
-       Berlaku kasar untuk menutupi rasa kurang PDnya
-       Sering marah akibat kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan
-       Ber-ego besar (ingin menang sendiri)
-       Mengamati orang tua dan guru-guru secara lebih objektif dan mungkin marah bila tertipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu

·      15-18th :
-       Sering memberontak sebagai ekspresi dari perubahan dari masa kanak-kanak ke dewasa
-       Banyak mengalami konflik dengan orang tuanya
-       Sering melamun untuk memikirkan masa depannya

Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan emosi ada 2, yakni perkembangan intelektual dan perkembangan kelenjar endokrin (perasaan).
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi :
a.    Belajar dengan coba-coba
b.   Belajar dengan cara meniru (melihat dan mengamati terhadap sesuatu yang kemudian ditirunya)
c.    Belajar dengan cara mempersamakan diri
d.   Belajar melalui pengondisian
e.    Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan (melalui pelatihan)
Pengaruh emosi terhadap tingkah laku yakni emosi, perasaan yang dirasakan peserta didik akan memengaruhi perilakunya, efektivitas belajarnya, serta semangat belajarnya. Kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri), kecakapan sosial (menangani suatu hubungan), dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
Lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
a.    Mengenali emosi diri (kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi).
b.   Mengelola emosi (menangani perasaan agar terungkap dengan tepat).
c.    Memotivasi diri (berfikir positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya).
d.   Mengenali emosi orang lain (empati).
e.    Membina hubungan dengan orang lain (kecerdasan bergaul/hidup bersosial).
Implikasi pengembangan emosi remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan dapat diwujudkan dengan mengadakan bimbingan konseling (BK), dimana peranan BK tersebut sebagai wadah untuk menampung segala konsultasi, share, dari peserta didik mengenai perkembangan emosional psikisnya.

7.     Perkembangan Nilai, Moral & Sikap Peserta Didik Remaja
Nilai adalah ukuran baik buruk, benar salah, boleh-tidak boleh, indah-tidak indah suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Moral adalah ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto,1950:1957). Keterkaitan antara nilai dan moral yakni moral berperan dalam kontrol bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai hidup. Tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari masyarakatnya, serta mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman berperilakunya.
Perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja menurut Michael antara lain:
a.    Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak.
b.   Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan apa yang salah.
c.    Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
d.   Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral menimbulkan ketegangan emosi.

Tahap-tahap perkembangan moral :
a.       Tingkat prakonvensial (anak tanggap terhadap aturan budaya dan ungkapan budaya mengenai baik dan buruk, benar dan salah). Tingkatan ini dibagi lagi dalam dua tahap :
-       Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
-       Tahap orientasi relativis-instrumental

b.      Tingkat konvensional (sikap anak yang secara aktif mempertahankan, mendukung, dan membenarkan seluruh tata tertib atau norma-norma serta mengidentifikasi diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di dalamnya). Tingkatan ini dibagi menjadi 2 tahap :
-       Tahap orientasi kesepakatan antarpribadi atau orientasi
-       Tahap orientasi hukuman dan ketertiban

c.       Tingkat pasca-konvensional (otonom/berlandaskan prinsip). Tingkatan ini dibagi menjadi 2 tahap :
-       Tahap orientasi kontrak social legalitas
-       Tahap orientasi prinsip etika universal

  Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap adalah lingkungan social di lingkup kehidupannya.
Upaya pengembangan nilai, moral, dan sikap remaja :
a.       Menciptakan hubungan komunikasi
b.      Menciptakan iklim lingkungan yang serasi

8.     Implikasi Pemenuhan Kebutuhan Remaja Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Ada sejumlah kebutuhan utama remaja yang penting untuk dipenuhi, yaitu :
1.      Kebutuhan akan kasih sayang
2.      Kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok
3.      Kebutuhan untuk berdiri sendiri
4.      Kebutuhan untuk berprestasi
5.      Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain
6.      Kebutuhan untuk dihargai
7.      Kebutuhan untuk memperoleh falsafah hidup yang utuh

Menurut Maslow ada sejumlah kondisi yang merupakan prasyarat dan sekaligus menjadi intervensi edukatif bagi pemenuhan kebutuhan remaja tersebut, yakni :
1.      Adanya kemerdekaan untuk berbicara
2.      Adanya kemerdekaan melakukan apa saja yang diinginkan sepanjang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain
3.      Adanya kemerdekaan untuk mengeksplorasi lingkungan
4.      Adanya keadilan
5.      Adanya kejujuran
6.      Adanya kewajaran
7.      Adanya ketertiban

1 comment: