Sunday, 4 May 2014

Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik



Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (2)

1.     Pola-pola Perkembangan Afektif  Manusia
Afektif (penguasaan nilai dan sikap).semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikis anak, ia mulai mengenal nilai-nilai mengenai hal-hal yang boleh dan dilarang untuk dilakukan. Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap :
a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0;0 -1;0).
Yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan turnbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang di sekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan nasibnya sehingga dapat menumbuhkan rasa kepercayaan pada anak tersebut.

b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)
         Pada tahap ini Erikson melihat munculnya otonomi. Dimensi otonomi ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada saat ini bukan hanya berjalan, tetapi juga memanjat, menutup-membuka menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan. Anak sangat bangga dengan kemampuannya ini dan ia ingin melakukan banyak hal sendiri. Jika orang dewasa yang mengasuh dan membimbing anak tidak sabar dan selalu membantu mengerjakan segala sesuatu yang sesungguhnya dapat dikerjakannya sendiri oleh anak itu, maka akan tumbuh pada anak itu rasa malu-malu dan ragu-ragu. Anak  yang dapat melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus-siklus kehidupan berikutnya. Namun demikian keseimbangan yang diperoleh pada masa ini dapat berubah ke arah positif maupun negatif oleh peristiwa-peristiwa di masa selanjutnya.

c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. la dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul, memotong. Inisiatif anak akan lebih terdorong dan terpupuk bila orang tua memberi respons yang baik terhadap keinginan anak untuk bebas dalam melakukan kegiatan-kegiatan motoris sendiri. Hal yang sama terjadi pada kemampuan anak untuk menggunakan bahasa dan kegiatan fantasi.

d. Industry vs litferioriry/Produkttvltns (6;0 – 11 ;00)
  Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Anak didorong untuk membuat, melakukan dan mengerjakan dengan benda-benda yang praktis. dan mengerjakannya sampai selesai sehingga menghasilkan sesuatu. Berdasarkan hasilnya mereka dihargai dengan diberi hadiah. Dengan demikian rasa/sifat ingin menghasilkan sesuatu dapat dikembangkan.

e. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. la mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya. Pandangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengalami perkembangan. la mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. la mulai mengerti tentang keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya dengan apa yang dialaminya sendiri.

f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan antara suami istri adalah juga kemampuan untuk berbagi rasa dan memperhatikan orang lain. Pada tahap ini pun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy ini tidak terdapat di antara sesama teman atau suami istri, menurut Erikson, akan terdapat apa yang disebut isolation, yakni kesendirian tanpa adanya orang lain untuk berbagi rasa dan saling memperhatikan.

g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup. Generativity ini bukan hanya terdapat pada orang tua (ayah dan ibu), tetapi terdapat pula pada individu-individu yang secara aktif memikirkan kesejahteraan kaum muda serta berusaha membuat tempat bekerja yang lebih baik untuk mereka hidup. Orang yang tidak berhasil mencapai generativity berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanya memusatkan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadinya saja.

h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0)
Pada tahap ini usaha-tisaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan kebalikannya adalah despair, yaitu keadaan di mana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah, serta disadarinya bahwa jika ia memulai lagi sudah terlambat.

2.     Pola-pola Perkembangan Kognitif  Manusia
Perkembangan kognitif pada seorang individu berpusat pada otak, dalam perspektif psikologi kognitif otak adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan seperti ranah afektif (rasa), dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berfikir. Selanjutnya, tanpa berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahami faedah materi-materi yang disajikan guru kepadanya. Akan tetapi fungsi afektif dan psikomotor pun dibutuhkan oleh siswa, sebagai pendukung dari fungsi kognitif.       
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Pieget[3] mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahap, antara lain:
(1) Tahap Sensory Motor ( berkisar antara usia sejak lahir sampai 2 tahun)
Gambarannya, bayi bergerak dari pergerakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.
(2) Tahap Pre-0perational (berkisar antara 2-7 tahun)
Gambarannya, anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata dan gambar menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis. Pada tahap praoperasional (2-7 tahun ), konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egoisentrisnya mulai kuat. Pada tahap ini pola pikir anak terbagi 2 :  Prakonseptual (2-4 th), dan Pemikiran Intuitif (4-7 th).
(3) Tahap Concrete Operarational (berkisar antara 7-11 tahun)
Gambarannya, anak dapat berpikir secara logis mengenai hal yag konkret dan mengklasifikasikan benda kedalam bentuk yang berbeda. Tahap selanjutnya Concrete Operarational, anak usia 7-11 th lebih banyak meluangkan waktunya (lebih dari 40%) untuk berinteraksi dengan teman sebayanya.
(4) Tahap Formal Operational (berkisar antara 11-15 tahun)
Gambarannya, remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan idealistis. Pada tahap formal operational, anak sudah memasuki  masa remaja, disini fungsi kognitif telah mencapai aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada seorang anak tidak serta merta tumbuh begitu saja. Hal ini berarti bahwa setiap manusia (anak) memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan kognitif pada anak memang tidak dapat dikatakan sama dari anak yang satu dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan ini tidak lepas dari beberapa faktor. Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif pada diri seorang anak.
1)      Perkembangan organik dan kematangan sistem syaraf.
Hal ini erat kaitannya dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan organ tubuh anak itu sendiri. Seorang anak yang memiliki kelainan fisik belum tentu mengalami perkembangan kognitif yang lambat. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang pertumbuhan fisiknya sempurna bukan merupakan jaminan pula perkembangan kognitifnya cepat. Sistem syaraf dalam diri anak turut mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak itu sendiri. Bila syaraf dalam otaknya terdapat gangguan tentu saja perkembangan kognitifnya tidak seperti anak-anak pada umumnya (dalam hal ini anak dalam kondisi normal), bisa jadi perkembangannya cepat tetapi bisa juga sebaliknya.

2)      Latihan dan Pengalaman
Hal ini berkaitan dengan pengembangan diri anak melalui serangkaian latihan-latihan dan pengalaman yang diperolehnya. Perkembangan kognitif seorang anak sangat dipengaruhi oleh latihan-latihan dan pengalaman.

3)      Interaksi Sosial
Perkembangan kognitif anak juga dipengaruhi oleh hubungan anak terhadap lingkungan sekitarnya, terutama situasi sosialnya, baik itu interaksi antara teman sebaya maupun orang - orang terdekatnya.

4)      Ekuilibrasi
Ekuilibrasi merupakan proses terjadinya keseimbangan yang mengacu pada keempat tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget. Keseimbangan tahapan yang dilalui si anak tentu menjadi faktor penentu bagi perkembangan kognitif anak itu sendiri.

3.     Tugas-Tugas Perkembangan
a.      Tugas-tugas Perkembangan Dalam Masa Anak-Anak
1)      Tugas-tugas perkembangan dalam masa bayi dan kanak-kanak awal
·      Belajar berjalan.
·      Belajar makan makanan padat.
·      Belajar mengendalikan buang air kecil dan besar.
·      Belajar membedakan jenis kelamin dan menghargainya.
·      Memperoleh keseimbangan psikologis.
·      Menyusun konsep-konsep sederhana tentang realita sosial dan realita pisik.
·      Belajar menjalin hubungan secara emosional antara dirinya dengan orang tua, saudara dan orang lain.
·      Belajar membedakan antara hal yang benar dengan yang salah dan mengembangkan “hati nurani”.

2)      Tugas-tugas perkembangan dalam masa kanak-kanak akhir
·      Belajar tentang ketrampilan fisik yang diperlukan dalam permainan yang ringan-ringan atau mudah.
·      Membentuk sikap-sikap sehat terhadap dirinya demi kepentingan organismenya yang sedang tumbuh.
·      Belajar untuk bergaul dan bermain bersama dengan teman seusia.
·      Belajar menyesuaikan diri dengan keadaan dirinya sebagai wanita atau pria.
·      Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
·      Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
·      Mengembangkan kata hati, moral, dan ukuran nilai-nilai.
·      Mengembangkan sikap-sikap dalam memandang kelompok-kelompok sosial dan lembaga masyarakat.

b.      Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Remaja
·      Menerima keadaan fisiknya dan peranannya sebagai pria atau wanita.
·      Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis.
·      Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain.
·      Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis.
·      Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan.
·      Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warganegara yang terpuji.
·      Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.
·      Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
·      Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.

c.       Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Awal
·      Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau calon istri).
·      Belajar hidup bersama dengan suami atau istri.
·      Mulai hidup dalam keluarga.
·      Belajar mengasuh anak-anak.
·      Mengelola rumah tangga.
·      Mulai bekerja dalam suatu jabatan.
·      Mulai bertanggung jawab sebagai warganegara secara layak.
·      Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya.

d.      Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Dewasa Akhir
·      Memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berkewarganegara dan hidup bermasyarakat.
·      Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi bagi kehidupan.
·      Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
·      Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang sesuai dengan orang dewasa.
·      Menciptakan hubungan diri dengan suami atau istri sebagai pribadi.
·      Menerima dan menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya perubahan-perubahan pisiologis dalam masa dewasa akhir.
·      Menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua yang sudah lanjut usia.

e.       Tugas-Tugas Perkembangan dalam Masa Orang Tua
·      Menyesuaikan diri pada keadaan berkurangnya kekuatan pisik dan kesehatan.
·      Menyesuaikan diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang berkurang.
·      Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami atau istri.
·      Menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman (kelompok) seusia.
·      Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai warganegara berkewajiban dalam hidup bermasyarakat.
·      Menyusun keadaan hidup yang memuaskan dalam hal pisik.

No comments:

Post a Comment