Sunday, 4 May 2014

JALEBI

Bahan-bahan :
1/2 mangkuk tepung terigu
1/2 sdt ragi
air hangat
1/2 sdt gula
1/2 sdt minyak sayur
minyak secukupnya untuk menggoreng

Sirup:
1 mangkuk gula pasir
1/2 mangkuk air
* sebenernya pada pembuatan sirup di tambah dengan saffron, bubuk cardamon dan air lemon, berhubung nggak ngerti saffron, bubuk cardamon dan males beli lemon alias mahal jadi ya nggak pake :D

Cara Membuat Jalebi :
  1. Rendam ragi dalam air hangat secukupnya dan biarkan kurang lebih 10 menit. 
  2. Campur tepung, minyak, dan gula, lalu tambahkan cairan ragi, adu
  3. Biarkan adonan dan tutup menggunakan kain kurang lebih 1,5 jam sampai adonan cukup terfermentasi dan lumayan kental
  4. Rebus air dan gula hingga mendidih, matikan api
  5. Panaskan minyak pada penggorengan
  6. Masukkan adonan dalam botol yg mudah di remas dengan lubang kecil atau kantong plastik
  7. Remas botol atau kantong plastik hingga adonan keluar, bentuk lingkaran yg kurang lebih nanti bentuknya seperti kerupuk, tapi besarnya jangan seperti kerupuk ya
  8. Panaskan sirup (rebusan air dan gula) tadi dengan api yg kecil
  9. Goreng jalebi sampai berwarna keemasan.
  10. Tiriskan lalu celupkan ke dalam sirup, pastikan bahwa gula sudah merata lalu angkat.
  11. Jalebi siap disajikan

Permasalahan Remaja dan Upaya-upaya Menanganinya

Permasalahan Remaja dan Upaya-upaya Menanganinya

Beberapa Masalah Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja):
a.       Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah
b.      Masalah Remaja dan Rokok
c.       Perilaku konsumtif remaja
d.      Perkelahian Pelajar

Penanganan Masalah Remaja dengan Cara Mekanisme Pertahanan Diri
Sebagian individu mereduksi perasaan, kecemasan, stres, ataupun konflik dengan melakukan mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar maupun tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Freud sebagai berikut: Such defense mechanism are put into operation whenever anxiety signals a danger that the original unacceptabla impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).
Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu memersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Istilah mekanisme bukan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Berikut beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama remaja yang sedang mengalami pergaulan dahsyat dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Mekanisme pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa orang yang lain merupakan hasil pengembangan ahli psikionalistis lainnya.
a.       Represi
         Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang sebagai bukti adanya represi, tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka membuat keinginan di bawah sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada umumnya, banyak individu yang pada dasarnya menekankan aspek positif dari kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
·      Individu cenderung untuk tidak berlama-lama mengenali sesuatu yang tidak   menyenangkan, dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan.
·      Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat ganbar kejadian yang menyesakkan dada.
·      Lebih sering mengomunikasikan berita baik daripada berita buruk.
·      Lebih mudah mengingat hal-hal yang positif daripada yang negatif.
·      Lebih sering menekankan kejadian yang membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.

b.      Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan untuk menjaga agar impuls-impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi, tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas. Ia sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi), tetapi umumnya tidak menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).

c.       Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi ketika dia merusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya (mungkin dengan cara supresi atau represi), dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu tersebut dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tidak jarang dibuat samar dengan menampilkan dan tindakan yang penuh kasih sayang, atau dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan ditutupi dengan tindak kebaikan.

d.      Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat bergantung pada individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Remaja yang mengalami perubahan drastis sering dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.

e.       Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi frustasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali melakukan sesuatu yang khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respon seperti individu yang lebih muda (anak kecil).

f.       Menarik diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan apapun. Biasanya repon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.

g.      Mengelak
Bila merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak atau mereka akan menggunakan metode yang tidak langsung.

h.      Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, dia menganggap tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri. Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsur penipuan diri.

i.        Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan dapat menimbulkan frustasi.

j.        Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha individu untuk mencari-cari alasan yang dapat diterima secara social untuk membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik,atau yang baik adalah buruk.

k.      Intelektualitas
Apabila individu menggunakan teknik intelektualitas, dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang sangat amat menekan dengan cara analitik, intelektual, dan sedikit menjauh dari persoalan.
l.        Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi biasanya sangat cepat dalam memperlihatkan cirri pribadi individu lain yang tidak dia sukai dan apa yang dia perhatikan itu cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini supresi atau represi sering dipergunakan.

Konsep Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah/ Remaja



Konsep Penyesuaian Diri Peserta Didik Usia Sekolah Menengah/ Remaja

1.  Pengertian & Karakteristik Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Berikut ini akan di tinjau karasteristik penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang negatif:
a.       Penyesuaian diri secara positif
·      Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional
·      Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
·      Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
·      Memiliki pertimbamngan rasional dan pengarahan diri
·      Mampu dalam belajar
·      Menghargai pengalaman
·      Bersikap realities dan objektif

Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk antara lain:
1)      Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung
2)      Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
3)      Penyesuaian dengan trial atau coba-coba
4)      Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti)
5)      Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
6)      Penyesuaian dengan belajar
7)      Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
8)      Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat

b.      Penyesuaian diri yang salah
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah di tandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap dapat realistik agresif, dan sebagainya.

2.  Proses & Aspek-Aspek Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan hidup dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat, dan manusia terus menerus berusaha menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai pribadi yang sehat. Penyesuaian adalah sebagai suatu proses kearah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan dan frustrasi, dan individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari ketegangan. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya.

·         Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian diri
Faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokan sbb:
1. Kondisi-kondisi fisik
2. Perkembangan dankematangan
3. Penentu psikologis
4. Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah
5. Penentu kultural.

·         Permasalahan-permasalahan penyesuaian diri remaja
      Persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga. Penolakan orang tua kepada anaknya dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, penolakan merupakan penolakan tetap sejak awal. Kedua, dari penolakan keinginan anak. Hasil dari kedua macam penolakan tersebut ialah remaja tidak dapat menyesuaikan diri, cenderung untuk menghabiskan waktunya di luar rumah.

·         Proses penyesuaian remaja terhadap penyelenggaraan pendidikan
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekplah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi pendidikan. Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga. Upaya-upaya penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah yaitu :
1)         Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah.
2)         Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3)         Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial,  maupun seluruh aspek pribadinya.
4)         Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
5)         Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.



3.  Implikasi Penyesuaian Diri Peserta Didik
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain sebagai tempat untuk belajar juga sebagai tempat untuk proses untuk mengemban fungsi pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri remaja di sekolah adalah sebagai berikut:
1)      Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi siswa, baik secara sosial, fisik, maupun akademis.
2)      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa.
3)      Berusaha memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun aspek pribadinya.
4)      Menggunakan metode dan alat mengajar yang mendorong gairah belajar.
5)      Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar prestasi belajar.
6)      Menciptakan ruangan kelas yang memenuhi syarat kesehatan.
7)      Membuat tata tertib sekolah yang jelas dan dipahami siswa.
8)      Adanya keteladanan dari para guru dalam segala aspek pendidikan.
9)      Mendapatkan kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam menjalankan kegiatan pendidikan.
10)     Melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik-baiknya.